Tradisi Sufi, NengNang…NengGung…NengNang…NengGung…alunan musik gamelan jawa sudah terdengar ketika kami rombongan #FamTripJateng memasuki Jl. Progo, Pekalongan, Jawa Tengah. Suara musik gamelan jawa ini berasal dari sebuah rumah tempat Sanggar Cahyo Kedaton berlatih. Ya…tujuan kami saat ini adalah Sanggar Cahyo Kedaton, sebuah kelompok kesenian yang menggabungkan unsur spiritual dan seni musik tradisional.

Saat masuk halaman rumah markas Sanggar Cahyo Kedaton, saya pribadi agak-agak heran, penasaran, musik yang terdengar adalah musik klasik gending jawa, tapi yang menyambut kami kok muka-muka keturunan arab. Dan sebelumnya panitia meyebutkan bahwa kami akan diajak nonton Tarian Sufi (Whirling Dervish) di sini, yang saya tau Tarian Sufi (Whirling Dervish) berasal dari Turki, lah ini malah disuguhi gamelan jawa, tambah bingung… 🙂

Sedikit demi sedikit rasa heran saya terjawab setelah Kabid Disbudpar Pekalongan Bapak Sigit Mursito membuka acara dengan menjelaskan secara singkat tentang Sanggar Cahyo Kedaton ini, penjelasan lengkap mengenai Sanggar Cahyo Kedaton dipaparkan oleh pimpinan sanggar yaitu Habib Muhammad D. Shabab.

Sanggar Cahyo Kedaton pada awalnya merupakan satu kelompok pengajian atau majelis dzikir, salah satu pelaksanaan ritualnya mereka melakukan Tarian Sufi yang dikenal dengan Whirling Dervish, Whirling Dervish ini adalah Tarian Sufi yang berasal dari Turki, diperkenalkan oleh Maulana Jelaluddin Rumi, lahir di Balkh antara tahun 1200 dan 1207. Tarian Sufi ini diciptakan Rumi sebagai bentuk sebuah ekspresi dari rasa cinta, kasih, dan sayang yang maha tinggi dari seorang hamba kepada sang Robbii.

Aktifitas pengajian ini ternyata diam-diam dipantau oleh Disbudpar Pekalongan, Whirling Dervish yang dilakukan majelis dzikir ini ternyata menarik perhatian Disbudpar. Pihak Dishubbudpar merayu kelompok pengajian ini untuk ikut serta dalam lomba PRPP tahun 2010. Pada awalnya mereka menolak dengan alasan mereka bukanlah enternainer tapi majelis dzikir. Namun dengan kerjasama yang baik, akhirnya majelis dzikir ini bersedia, maka dibentuklah Sanggar Cahyo Kedaton, sebuah kelompok kesenian multikultural yang menggabungkan unsur spiritual keagamaan dan musik gamelan. Karena berawal dari majelis dzikir, kelompok Sanggar Cahyo Kedaton ini harus berlatih musik gamelan mulai dari nol. Beruntung sekali mereka mendapatkan pelatih seorang maestro gamelan, yaitu Bapak Sudarsono yang telah menekuni dunia karawitan selama 40 tahun lebih. Dan hasilnya adalah mereka berhasil meraih juara satu di lomba PRPP 2010.

Dengan kegigihan dan juga dukungan pihak Disbudpar, Sanggar Cahyo Kedaton saat ini telah memiliki perangkat gamelan dan pendopo untuk latihan. Mereka latihan setiap Selasa malam,  dimulai dari setelah maghrib hingga maksimal pukul 22.00 supaya tidak mengganggu tetangga.

Meskipun bukan jam latihan, Sanggar Cahyo Kedaton menjamu kami dengan menampilkan gending gamelan jawa klasik, merinding mendengarnya. Salut, dengan anggotanya yang merupakan kelompok ARJATI alias terdiri dari orang Arab, Jawa dan Tionghoa, mereka sangat lihai memainkan musik gending klasik jawa…uedaaaaaaaaaaaaan tenan pokoknya dah. Dan satu pertunjukan lagi membuat saya bengong, yaitu pertunjukan Tarian Sufi (Whirling Dervish) yang diiringi musik gending jawa klasik, uedan, kok bisa klop,…dulu saya pernah nonton Whirling Dervish tapi dengan musik bawaan negara asalnya yaitu turki. Mungkin inilah yang disebut sebagai akulturasi budaya…

Ada lagi yang saya suka di Sanggar Cahyo Kedaton, mendoannya…enak banget…